Senin, 06 Oktober 2008

Budaya



Budaya Lokal dalam Gempuran Globalisasi


Tak kenal maka tak sayang pepatah ini nampaknya telah memberikan spirit bagi kita sebagai manusia berbudaya untuk saling mencintai tetapi apabila tidak ada yang dikenal maka tidak ada pula yang di sayang, ironis bukan, Negara seperti Indonesia yang mempunyai berbagai kekayaan budaya daerah, bahasa dan seni tradisional tidak pernah menampakkan gaungnya. Apa yang sebenarnya terjadi di negara yang bernama Indonesia ini?, dari sejarah budaya Indonesia. Budaya Indonesia dari generasi ke generasi telah mewarisi budaya yang tinggi, bebas dari intervensi luar dan berdaulat.dimensi budaya Indonesia (nusantara) yang banyak menonjolkan kreatifitas, spiritualitas dan visi masa depan manusia belum sepenuhnya tergali secara sempurna. Budaya lokal yang memberikan ruang lokalitas dalam peradaban masyarakat yang arif dan bijaksana. Di era sekarang ini malah mengalami reduksi pemaknaan. Misalnya, perubahan perilaku masyarakat terhadap kondisi dan situasi sosial memberikan banyak kebebasan dan pilihan dalam berinteraksi dan menjadikan makna dan simbol yang tercermin dalam budaya lokal menjadi tidak berfungsi dan bernilai sakral. Arus informasi dan globalisasi telah memarjinalkan budaya lokal. Proses marginalisasi tercermin dari kurangnya”gebrakan” masyaakat lokl terhadap pelestarian budaya bangsa. Lemahnya pemerintah dalam melakukan proteksi dan regulasi untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia secara masif, disorientasi generasi muda ang lebih cenderung berpikir pragmatis-praktis, instant dan apatis membawa dampak pada budaya warisan nenek moyang Indonesia semakin luntur dan tergerus dari eksistensinya. Terus, bagaimana peran Negara, masyarakat dan generasi muda dalam melestarikan budaya lokal?

Negara mempunyai peranan besar dalam reinventarisasi budaya warisan nenek moyang kita karena Negara mempunyai kekuasaan dan perangkat-perangkat pendukung serta sistem yang bisa berjalan secara nasional. Posisi negara dalam pelestarian budaya local sebagai pihak yang bertanggung jawab atas maju mundurnya budaya nusantara di kancah internasional. Masyarakat yang lebih dekat dengan budaya bertanggung jawab dan berupaya untuk melestarikan secara turun-temurun. Sedangkan generasi muda dengan segenap kreatifitasnya melakukan modifikasi, promosi dan pembelajaran budaya bangsa agar tidak lupa dengan budaya sendiri di masa akan datang. Tren global yang saat ini merambah dunia ketimuran telah banyak mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup generasi muda sekarang perlu kita waspadai sebagai ancaman kebudayaan bangsa. Modernisasi fashion dan gaya hidup yang dapat kita lihat dengan maraknya berbagai fashion corner, butik, dan distro dengan berbagai model pakaian sedikit demi sedikit telah membuat generasi muda kehilangan identitas dirinya sebagai manusia Indonesia. Belum lagi, makanan instant dan impor telah membuat mereka menjadi target industri makanan cepat saji. Maka tidak jarang banyak generasi muda yang mati muda karena penyakit yang disebabkan oleh makanan impor. Perkembangan teknologi juga telah mencerabut ruang-ruang sosial yang dimiliki masyarakat menjadi bersikap individualistik. Banyaknya pusat-pusat permainan,warnet dan layanan komunikasi modern seperti HP dan e-mail semakin menjauhkan kita dari interaksi sosial yang komunal guyup, dan toleran. Kuatnya arus globalisasi di segala aspek kehidupan menjadikan cara berpikir manusia Indonesia lebih mengimpor cara berpikir orang asing tanpa ada kesadaran dan cinta budaya dalam negeri sendiri bangsa Indonesia akan kehilangan identitasnya.

Tidak ada komentar: