Kamis, 17 September 2009

FILOSOFIS PENDIDIKAN

I. FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
Berfikir secara sistematis.
Menyusun suatu skema konsepsi, dan
Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
Sebagai dasar dalam bertindak.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Selasa, 25 Agustus 2009

WAWANCARA



LAKU PRIHATIN dan JANGAN SEWENANG-WENANG

Dalam kekayaan budaya jawa, kita kaya akan ilmu kawruh, salah satunya adalah ilmu kawruh Sastro Jendro Hayuningrat. Di dalam ilmu tersebut mengandung ajaran-ajaran positif yang menunjukkan sikap menghargai dan menghormati orang lain. Hal itulah yang paling penting saat ini yang mulai luntur di Negara kita, dan menyebabkan nilai-nilai kebangsaan kita pun nyaris musnah. Inilah cuplikan wawancara dengan Sarjono (63th), yang juga merupakan Ketua komunitas Sastro Jendro di Yogyakarta.

Sejak kapan belajar kawruh Sastro Jendro?

Sejak tahun 1981 sampai sekarang ini.

Yang dimaksud dengan Kawruh Sastro Jendro?

Sastro Jendro itu termasuk kawruh kejawen, dan merupkan kawruh tertua dalam ilmu kejawen lainnya. Kawruh kejawen itu sangat banyak dan meragam. Sejarahnya dulu yang mempunyai ilmu kawruh Sastro Jendro ini adalah Patih Gadjah Mada. Jadi, Sastro Jendro ini sudah ada lama sebelum Indonesia ini berdiri dan agama-agama mulai masuk ke Indoneisa. Bahkan, sunan Kudus pun mempelajari kawruh ini dan menggunakannya untuk menyebarkan agama Islam. Sastro jendro artinya tulisan, Jendro artinya menyembah, dan hayuningrat artinya rahayu slamet doanya akhirat ( selamat dunia akhirat). Jadi Sastro Jendro adalah ilmu yang mempelajari laku-laku yang benar dan membela kebenaran. Untuk mempelajarinya ada 5 pantangan yang tidak boleh dilanggar yaitu molimo atau 5 m, mabuk, main, maling, madat, dan madon ( mabuk, judi, mencuri, narkoba, dan main perempuan). Jika melanggar berat akibatnya.

Dengan nilai-nilai kebangsaan kita yang mulai luntur ini, menurut Pak Sarjono bagaimana?

Tahun 2006-2011 ini menurut kepercayaan jawa adalah tahun kalabendu, jadi banyak musibah yang terjadi di negeri kita ini, mulai dari bencana alam, maupun disebabkan oleh manusia, juga termasuk masuknya budaya luar yang menggeser nilai-nilai budaya kita. Padahal, budaya kita mengandung nilai-nilai luhur untuk saling menghormati dan menghargai, tidak Cuma pada manusia tapi juga alam. Alam pun ada dua, alam nyata dan alam gaib. Hidup itu untuk apa? Dari pernyataan ini saja kita bisa paham, bahwa kita tidak lama di dunia, jadi mau apa. Dengan demikian, pergunakanlah barnag yang ada, turuti dan patuhi aturan yang ada di dunia dan terakhir ingatlah bahwa nanti akan kembali menjadi tanah lagi.

Apa yang bisa kita lakukan saat ini?

Banyak laku prihatin dan jangan sewenang-wenang dengan orang lain. Artinya menghargai dan menghormati orang lain adalah kewajiban jika ingin hidup tentram dan damai.

(Dikutip dari RUAS edisi Januari th.V 2009, email: ruas@syarikat.org)

Selasa, 18 Agustus 2009

Merdeka dari Tangan Terorisme

Sudah 64 tahun Indonesia merdeka berbagai tantangan dan permasalahan telah banyak mendewasakan negeri ini untuk menjadi negeri yang berdikari dan lebih bermartabat lagi. Di era Soekarno misalnya, Indonesia mengalami sejumlah tantangan melepaskan diri dari kolonialisme dan sejumlah pemberontakan anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti pemberontakan RMS, DI/TII dan perlawanan bersenjata lainnya. Sedangkan di era Soeharto berbagai bentuk tantangan yang mengancam kedaulatan negara kembali terulang lagi seperti gerakan separatis dan konflik daerah. Sejarah telah mencatat bahwa kemerdekaan yang sekarang kita peringati belumlah tuntas dan sepenuhnya menjadi bangsa yang merdeka. Saat ini bangsa Indonesia diperhadapkan dengan tantangan kebangsaan, korupsi dan terorisme. Masalah kebangsaan yang muncul di negeri ini adalah hilangnya rasa bangga terhadap bangsa dan negara sendiri. Hal ini terbukti banyak generasi muda bangsa ini lebih bersikap apatis dan permisif. Kesadaran berbangsa dan bernegara telah tereduksi oleh arus globalisasi dan modernisasi. Generasi muda mulai mencintai dirinya sendiri menjadi lebih agresif, dengan merusak fasilitas umum, apatis terhadap kekayaan dan keanekaragaman budaya dan bahasa, tidak peduli dengan lingkungan, tawuran antara pelajar kian merebak sampai pada seks bebas. Toleransi menjadi semakin mahal harganya dan keteladan telah sirna dari negeri ini. Masalah yang menggerus dan mencabik-cabik eksistensi kemerdekaan Indonesia adalah korupsi yang semakin mewabah di berbagai penjuru tanah air. Meskipun ada lembaga KPK saat ini lembaga itu masih terkesan belum bisa tuntas memberantas korupsi sampai keakarnya.
Jika kita merefleksikan hari peringatan kemerdekaan Indonesia kini dan hari esok rasanya kita belum secara benar menjadi bangsa yang merdeka karena hari ini kita diperhadapkan oleh tantangan dan ancaman yang tidak pasti sampai kapan akan berhenti yaitu terorisme. Saatnya seluruh masyarakat Indonesia mulai sadar bahwa masalah terorisme adalah masalah bangsa yang sudah kronis. Kejahatan ideologis yang tidak menginginkan bangsa dan negara Indonesia ada. Peran ,masyarakat sangat diperlukan dalam memberantas teroris dan menghentikan setiap gerakan terorisme di Indonesia. Kita harus memproklamasikan kemerdekaan dari tangan terorisme. Inilah ancaman nyata bagi eksistensi negeri ini.

Apa teror itu?

Teror dapat dilakukan oleh dan kepada siapa saja. Men teror secara fisik maupun psikologis adalah senjata bagi kaum kriminal yang tidak ingin akan kedamaian, ketenangan, dan ketertiban. Pelaku teror tidak peduli apakah dia salah atau merugikan hak orang lain selama tujuan mereka belum tercapai aksi tersebut akan selalu ada di manapun. Teror di tingkat kehidupan bertetangga atau bermasyarakat bisa dilakukan oleh preman kampung, ketua RT, kepala dusun, dan kepala desa. Masyarakat yang bodoh, lemah secara ekonomi dan status sosial mudah di hasut dengan kata-kata ancaman, tekanan yang bisa menjatuhkan mental orang. Kesadaran untuk memiliki dan toleransi belum menjadi bagian dari gaya hidup bangsa Indonesia. Sehingga dapat yang terjadi adalah munculnya berbagai praktik teror dan intimidasi tanpa ada sebab yang jelas. Faktor kebencian dan ketidaksenangan, suka-suka tidak suka, dan persaingan menjadikan manusia mudah terhasut dan bertindak anarki. Jati diri bangsa hendaknya menjadi salah satu tiang penopang untuk menghentikan laju gerak kelompok teroris yang hidup berjaringan dengan merekrut orang-orang baru karena ketidaktahuannya diperalat untuk menjadi alat penghancur tanpa tujuan yang jelas.

Kemerdekaan ada harganya

Kemerdekaan tidak hanya sekedar diperingati tetapi juga bagaimana kemerdekaan Indonesia bisa di jaga, dilestarikan dan dipertahankan untuk generasi berikutnya. Harga suatu kemerdekaan tidak bisa diisi dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya, mengadakan acara lomba dan berbagai kegiatan pesta lainnya. Tetapi memperingati kemerdekaan adalah dengan melakukan refleksi apa yang sedang terjadi di negeri ini dan apa yang harus kita lakukan untuk negeri ini. Bisakah kita terlepas dari tangan teroris yang sering meneror negeri ini tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Keamanan dan kedamaian adalah salah satu syarat untuk menjadi bangsa yang merdeka. Tanpa adanya jaminan keamanan dan kedamaian akan sulit apabila kita menyatakan bahwa kita sudah merdeka dan tidak perlu lagi berpikir bagaimana caranya mempertahankan kemerdekaan. Tantangan kemerdekaan kita hari adalah bagaimana melepaskan diri dari aksi terorisme radikal seperti bom bunuh diri, gerakan separatis, teror masyarakat dan teror oleh agen organisasi teroris dunia.