Rabu, 13 Agustus 2008

Indonesia beragama Pancasila


INDONESIA BERAGAMA PANCASILA?

(Mengkaji ulang hubungan Agama dan Negara dalam Masyarakat Pancasila)

Oleh

Ki Soekantara

Dalam perjalanan tata kehidupan falsafah Negara mengalami batu uji yang semakin menambah kepercayaan bahwa Pancasila tidak hanya sekedar pemersatu belaka,tetapi lebih dari itu sangat perlu dan menjiwai setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat.

Kebetulan hari ini tanggal 11 November 2006 dan apabila ingat baru saja sehari kita memperingati HARI PAHLAWAN berlaku setiap 10 November, dan pasti kita ingat pula akan pepatahBANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA-JASA PAHLAWANNYA.”

Kalau pagi ini atau siang ini kita berseminar tentang dasar statis dan dasar dinamis PANCASILA, saya teringat bahwa pada tanggal 21 Februari 1958 juga di Siti Hinggil Yogyakarta ada penutupan Seminar PANCASILA oleh BUNG KARNO. Di saat gencarnya pendalaman falsafah Negara Republik Indonesia oleh pengggali Pancasila,terjadilah pendalangan pemberontakan bersenjatak oleh apa yang menamakan diri PRRI dan PERMESTA.

Kejadian tersebut tidak sekedar batu uji akan kesaktian Pancasila saja, tetapi membuat mundurnya sang Dalang (Mr. Jhon Foster Dulles) dalam menghadapi riak gelombang PANCASILA yang meng-Asia-Afrika (AA). Tetapi jsutru tidak membuat jera SANG PENGGALI,makin garang gelombang dan merambah menjadi AAA,semakin bertambah negeri yang dimerdekan oleh para pnejajah (Imperalisme,kolonialisme,kapitalis) atau bangsa yang menuntut kemerdekaan.

Para pemimpin dunia yang menganggap BUNG KARNO semakin membahayakan bagi kekuasaan mereka di dunia ini, berusaha dengan dukungan modal dan orang baik dari luar maupun dari dalam negeri mengendalikannya. Bahkan keadan pasca perang dunia II dilanjutkan membangun perang ideologi-ekonomi,belum tuntas betul diteruskan perang ekonomi dan budaya. Di dalam negeri Indonesia juga dilanda petaka virus TIDAK PERCAYA DIRI dan hilangnya JATI DIRI.

Sampai pada keberanian para pemuka dan pemimpin mengobrak-abrik sejarah ilmu pengetahuan yang pasti merupakan hilangnya harga diri bangsa Indonesia. Lebih kabur lagi penyutradaraan setelah makin merambah mengajak seluruh dunia ini, mengajak ,menata kehidupan dunia baru dengan dasar PANCASILA. Mulai dicanangkannya ajakan itu tergoyangkan para pemimpin,ilmuwan,pakar budaya,para pengusaha,petinggi tentara,buruh,tani,nelayan,pemuda dan mahasiswa luar dan dalam negeri.

Begitu pula di Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini ada suatu gerakan yang katanya sangat KONSPIRATIF dan TRANPARAN yang hasilnya dari berbagai sumber selama hampir tigapuluh dua tahun bangsa ini hanya berkutat pada LAHIR PANCASILA dan SIAPA PENGGGALI/PENCIPTANYA. Marilah kita bersepakat bahwa segala awal itu pasti ada pendahulunya,dalam kata lain kejadian pasti ada riwayatnya sehingga terangkum JANGAN SEKALI-KALI MENINGGALKAN SEJARAH.

Apakah hasilnya yang menjadi bahan kajian didalam perguruan Tinggi dan sekolah ketentaraan yang berjudul THE GREAT GRAND STRATEGI SOEKARNO?,dimulai dari tahun 1929 atau tepatnya tanggal 29 Desember 1929 dalam safari politiknya di SALA,ucapannya saat nanti diudara pesawat terbang meraung-raung di atas dan peluru serta bom meledak-ledak, di saat itu Indonesia Merdeka.”

Perjalanan politik perang dunia II Belanda menyerah kepada Jepang,makin tapak demi setapak program pra pemimpin Indonesia,dalam kurun waktu tiga setengah tahun,tanpa disadari oleh berbagai pihak termasuk bangsa ini. Bayangkan saja dilakukan pelatihan kepada para pemuda pelajar lewat PETA,HEIHO,KEIBODAN,SEINENDAN,KELOMPOK PEMUDA PELAJAR,PENEMPATAN PEGAWAI segala bidang dalam jumlah ribuan,puluhan ribu bahkan ratusan ribu. Tersebut di atas dilengkapi dengan sejarah tata kehiduan masyarakat dan bangsa terjajah dari imperalisme liberal,imperalisme semi liberal,imperalisme ortodoks,imperalisme semi ortodoks, tak luput pula kajian bangsa Indonesia dari tata kehidupan yang ada dari berbagai suku,bahasa,tradisi,budaya,agama,kepulauan,batas wilayah.

Marilah kita tengok sebentar 1 Juni 1945 dan kalau mau berbicara tentang situasi pada tahun 1945, itu harus terlebih dahulu kita sadari bahwa tahun 1945 adalah tahun perang dan bukannya tahun bulan purnama. Jadi perang pasifik yang sedemikian hebatnya terus berkorbar,dan pada tahun ini kita melihat bahwa ada tanda-tanda Jepang akan kalah. Sedangkan di Indonesia sendiri sudah ada beberapa perlawanan,banyak macam ragam gerakan perlawanan,tersebut termasuk peristiwa di Blitar.

Dari semua itu berjalan sampai saat proklamasi,dapat para dosen dan mahasiswa merenungi TEKS PROKLAMASI. Begitu pula selanjutnya andaikan tidak ada LAHIR PANCASILA di 1 Juni 1945 apa yang terjadi di negeri ini?????

Perlu saya garisbawahi bahwa perlunya waspada di dalam setiap gerakan yang muncul,dapat terjadi berkerudung PANCASILA dalam upaya menghancurkan PANCASILA dalam hal ini perilaku gerakan KONSPIRATIP dan TRANPARAN. Walhasil gerakan persatuan segenap rakyat yang menentang penjajahan dengan dasar Negara PANCASILA,proklamasi 17 Agustus 1945,dilengkapi Undang-Undang Dasar 1945. Demikianlah pula sejak 17 Agustus 1945 sampai pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949,ternyata adalah suatu gerakan persatuan segenap suku,bahasa,budaya,agama dan lain sebagainya.

Perkenankanlah saya sajikan sebait puisi untuk BUNG KARNO.

‘ Kalau ada yang paling berharga

Semua telah kau berikan

Kalau yang paling derita

Semua telah kau alami

Demi kami

Tetapi…..

Bagai bocah bosan petuah

Bagai Kurawa terbujuk Sengkuni

Kami pernah menyakitimu.

Kini……

Bagai SALYA menyesali diri

Kami rindu berkedaulatan

Rindu berdikari rindu berkepribadian

Rindu segala kebesaran diri dan citamu

Bung Karno maafkan kami

Bersertalah kami TUHAN

TUHAN lindungilah kami.

Sekian isi dari apa yang tadi kita bicarakan adalah merupakan salah satu pembicara yang penting dan semoga berguna. Bagi perjuangan di REPUBLIK INDONESIA. karena mencerminkan suatu introspeksi,mencerminkan retropeksi,mecerminkan satu sense of anticipation.

Weruh sakdurunge winarah apa yang akan terjadi dan merupakan suatu keberanian juga untuk memberi jawaban pada tantangan sekarang, dan jawaban itu terletak pada generasi muda.

Para dosen,para mahasiswa untuk penyampaian saya jika ada yang tidak berkenan di hati mohon dimaafkan ( 11 Nov 2006).

(penulis adalah pelaku sejarah saat ini tinggal di Sala)

Tidak ada komentar: