Rabu, 13 Agustus 2008

Nietzsche dan Tuhan

Pergulatan Nietzche Tentang Tuhan

Latar belakang Nietzche

a.Silsilah keluarga Nietzsche

Keluarga Nietzsche adalah keturunan dari keluarga Nietzky anggota kaum aristokrat Polandia. Ayahnya bernama Karl Ludwig adalah seorang pendeta dan tutor bagi anak-anak perempuan Duke of Saxony. Lima generasi dari keluarga Nietzche telah menghasilkan pendeta. kakek dari pihak ayahnya Friederich Agust Ludwig (1756-1826) adalah pendeta terkemuka. Tahun 1796 kakek Nietzsche dianugarahi gelar doktor kehormatan (honoris Causa) oleh Universitas Kenigberg atas pembelaan terhadap agama Kristen (Gamaliel) yang ditulis sebagai upaya untuk meredakan kekacauan spiritual yang disebabkan oleh revolusi.

b.Kehidupan Nietzsche

Friederich Nietzsche lahir di Rochen dekat Leibzig di Saxony pada tanggal 15 Oktober 1844. Ketika kanak-kanak Nietzsche atau panggilan akrabnya Fritz sangat taat beragama, pada tahun 1858-1864 dia masuk sekolah Pforta, Rugby Prusia dan kemudian pergi ke Bonn untuk belajar Teologi tetapi ia berhenti setelah tidak mempercayai agamanya. Tahun 1864 ia pergi ke Universitas Leibzig sampai tahun 1869 untuk mempelajari filologi (kajian tentang keaslian teks-teks kuno) dan reputasinya di bidang ini sedemikian besar sehingga ia ditunjuk menjadi pengajar filologi klasik di Universitas Bessel pada usia dua puluh empat tahun (24 Th)sebelum memperoleh gelar doktornya yang diberikan oleh Leibzig tanpa harus menjalani ujian dia mengajar di Besel selama sepuluh tahun (1869-1879) yang untuk ini ia menjadi warga Negara Swiss dan menerbitkan buku-bukunya.

Karya-karyanya:

- 1871 : The birth of tragedy ( kelahiran tragedi)

- 1873-1876 : Thought out of season ( meditasi bukan waktunya)

- 1878 : Human,all too-Human ( manusia terlalu manusiawi)

- 1879 : Assorted Opinion and Marxism (beragam opini dan pepatah)

- 1880 : Pengembaraan dan bayang-bayang

- 1881 : Fajar

- 1882 : The gay science (sains girang)

- 1883-1885 : Thus spoke Zarastrustra (demikianlah ujar Zarasthustra)

- 1886 : The good and evil ( baik dan jahat)

- 1887 : The geneology or morals ( geneologi moral)

B. Pemikiran Nietzsche tentang Tuhan

Ketika kanak-kanak Nietzsche pada saat itu taat beragama dilihat dari latar belakang keluarga Nietzsche yang religius membuatnya untuk patuh. Tetapi sejak ayahnya Karl Ludwig megalami ttrauma karena revolusi pada tahun 1848 dan meninggal setahun kemudian. Mulai saat itulah Nietzsche muda selalu berpembawaan serius dan berwibawa seolah-olah ia mengemban misi penting tertentu dalam hidupnya ia merasa bertanggung jawab atas kematian ayahnya.

Dalam pandangan Nietzsche konsep Kristen mengenai Tuhan adalah Tuhan sebagai Tuhan yang sakit, Tuhan sebagai laba-laba, Tuhan sebagai roh merupakan Tuhan yang paling korup yang ada di dunia ini… Tuhan itulah resep untuk setiap fitnah terhadap “dunia ini”,untuk setiap dusta mengenai “dunia nanti”. Di dalam Tuhan itulah ketiadaan, diTuhankan. dan kehendak kepada ketiadan disucikan ( Nietszche,200:199-200). Ia menyatakan dalam the Antichristnya:

The Christian conception of God..God as God of the sick… God a declaration of hostility toward life nature,the will to life! God the formula every columny of this world.(konsepi Kristen tentang Tuhan…Tuhan sebagai tuhannya orang sakit….Tuhan merupakan sebuah deklarasi tentang penentangan terhadap hidup alam dan kemauan untuk hidup. Tuhan adalah rumusan setiap fitnah dari dunia ini.)

Nietzsche sendiri pernah menyatakan seandainya Tuhan itu ada maka manusia akan berlomba-lomba untuk menjadi Tuhan… If there were Gods,how could I endure not be a God! There for there are no God. Bagi Nietzsche manusia bisa menentukan nasibnya sendiri. Menurut dia karena Tuhan telah mati sehingga manusia bebas merdeka melaksanakan kemauannya untuk berkuasa. Kebebasan manusia berarti kebebasan dari ikatan gereja. Dengan kebebasan manusia inilah akan memunculan bibit-bibit harapan unggul yang dimaksud adalah superman. Konsep superman akan menjadi nyata kalau Tuhan telah mati. Selama Tuhan masih hidup tidak akan terwujud.

Filsafat Nietzsche

- Kehendak berkuasa

- Moral tuan

- Kebebasan menentukan nasib sendiri

- Motto hidup: in crescent animi,virescit volhere virtus ( Jiwa bertumbuh kekuatan dipulihkan dengan melukai)

C. Sketsa pemikiran Nietzsche tentang Agama

Keberadaan agama sebagai bukti nyata eksistensi adanya Tuhan. Menurut Nietzsche hal itu hanyalah sebuah doktrin yang tidak lebih membelenggu dengan kata lain manusia sebenarnya telah kehilangan makna hidupnya karena telah menjadi budak dari agama. Apa yang dikatakan dalam agama dilakukan manusia. Manusia tidak mempunyai kebebasan karena dengan nama Tuhan mereka harus tunduk dan taat. Sama halnya dengan kehidupan sekarang ini. Konsep keagamaan bagi orang beragama adalah sebuah ketaatan semu. Orang telah kehilangan spiritualitas yang transendetal. Manusia sudah mulai meninggalkan nilai-nilai religiusitas dimana dimensi spiritual telah luntur yang disebabkan oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Misalnya, gereja seharusnya sebagai tempat beribadah tetapi dewasa ini gereja dianggap suatu tempat pelarian, tempat mengisi waktu luang. Ketika orang tidak puas dengan gereja yang satu akan berpindah ke gereja yang lain. Ketika orang merasa tersinggung karena tidak dapat pengakuan dan tidak diikutsertakan dalam pelayanan akan lari ke gereja yang lain yang dapat memberikan tempat baginya.

Gereja sekarang ini hanya dijadikan sebagai ajang kehendak untuk berkuasa. Karena dengan menguasai gereja akan bisa mengatur dan menentukan pilihan sesuai dengan keinginannya. Sehingga apa yang dikatakan dalam firman Tuhan bahwa gereja sebagai bait Allah yang kudus hanyalah sebuah mitos. Dalam hal ini, sebenarnya konsep Nietzsche telah dipakai di dalam gereja yaitu kehendak untuk berkuasa.

Dalam masalah pelayanan misalnya Nietzsche mengatakan moralitas orang Kristen adalah moralitas budak kenapa dikatakan demikian karena dengan mengatasnamakan pelayanan orang lebih banyak mengorbankan dirinya. Tidak peduli terhada keluarga dan sekitarnya. Ikut pelayanan ke sana-ke mari, menjadi tergila-gila terhadap pelayanan tetapi pada hakekatnya dia sendiri tidak lebih dari seorang budak yang sebenarnya mencari pujian dari manusia dan menuruti keinginannya sendiri. Maka hal itu tidak lebih dari sebuah kemunafikan belaka. Melakukan pelayanan bukanlah sesuatu hal yang salah tetapi ketika tujuan dari pelayanan itu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya akan menjadi sesuatu jerat bagi dirinya dan kekejian bagi Tuhan.

Nietzsche menentang keras apa yang dimaksud dengan pelayanan dan apa hakekat Tuhan sehingga ia mengatakan bahwa Tuhannya orang Kristen adalah tuhannya orang sakit. Itulah kekecewaaan yang dialami Nietzsche terhadap orang beragama khususnya orang Kristen yang terlalu tergila-gila dalam pelayanan. Sehingga ia lebih memilih menjadi seorang yang ateis yang tidak mau kompromi dengan gereja dan ingin mencari kebebasan sendiri.

Akhir Hidup Nietzsche

Pada tahun 1888 merupakan klimaks tahun terahir kehidupannya yang aktif. Dia telah sakit-sakitan selama 16 tahun. Hampir dapat dipastikan sebagai akibat ketularan sifilis ketika ia masih mahasiswa. Dalam hari-hari pertama tahun 1889 dia menderita kehancuran mental total dan meskipun ia bertahan hidup sampai Agustus 1890 dia tidak lagi menulis. Rasa kegairahan mental yang dialaminya sepanjang tahun 1888 ditulisnya dalam surat-suratnya. Bukan dalam bukunya (Nietzsche,200:10) dan satu hal catatan penting bahwa Nietzsche pada akhirnya merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dia ingin kembali kepada Tuhan yang selalu ia tentang dengan sadar ia mengskui ingin mendekat kepada Tuhan. Dalam bukunya Thus Spoke Zarasthustra ia ingin bertemu kembali kepada Tuhan.

Now!come back/with all your terment/oh come back/to the last of all solitaries/all the streams of my tears run their course to you/and the flame of my heart/it burn up to you/oh come back/my unknown God!my pain!my last happiness

Daftar Pustaka

-Syamsudin,1984, Filsafat Nietzsche tentang Tuhan, thesis, IAIN, Yogyakarta

- Marc Sautet,2001,Nietzsche untuk pemula, Kanisius, Yogyakarta.

- Nietzsche,200, Sangkala berhala dan Anti-Krist, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.

Tidak ada komentar: